Seminggu lagi nak raya haji...ataupun Hari Raya Aidiladha. Ramainya, orang akan sebut raya haji aje sebab raya ni berlaku dalam musim haji. Tak kisahlah apapun panggilan raya tu, cuma kebiasaannya sebelum raya haji, aku sempat jugaklah bercerita (apa yang aku tahu dan faham) kepada anak-anak tentang pengorbanan Nabi Ismail untuk disembelih oleh Nabi Ibrahim (ayahnya sendiri), kerana mentaati perintah Allah.
Jadi, aku bergurau dengan anak-anak aku..."kalaulah abah mimpi macam nabi Ibrahim kena sembelih anak dia...amacam?..korang setuju"
Pelbagai jawapan diterima..."abah bukan nabi Ibrahim, abah mimpi je..tak boleh pakai, mimpi tu tipu, ada upah ke bah?, naik elaun bole la.., abah terima wahyu ke?, sembelih pakai apa bah?, kalau jadi kibas macam cerita tu, bole la kot, tak nak lah, tipuu, ...."
Eermmm...(aku gelak ajelah...). Pastinya ujian Allah kepada mereka yang mampu untuk menghadapi ujian tersebut...
Dan kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail sangat menyentuh hati dan membuatkan kita menitiskan airmata...
"...Sesampainya di Mina, Nabi Ibrahim AS berterus terang kepada
putranya, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku
menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu?…” (QS. Ash-Shâffât, [37]: 102).
“Ia
(Ismail) menjawab, ‘Hai bapakku! kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu,
Insya Allah! Kamu mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar” (QS.
Ash-Shâffât, [37]: 102).
Mendengar
jawaban putranya, legalah Nabi Ibrahim AS dan langsung bertahmid (mengucapkan
Alhamdulillâh) sebanyak-banyaknya.
Untuk
melaksanakan tugas, Ismail berpesan kepada ayahnya, “Wahai ayahanda! Ikatlah
tanganku agar aku tidak bergerak-gerak sehingga menyukarkanmu. Telungkupkanlah
wajahku agar tidak terlihat oleh ayah, sehingga tidak timbul rasa hiba.
Singsingkanlah lengan baju ayah agar tidak terkena percikan darah sedikitpun
sehingga mengurangi pahalaku, dan jika ibu melihatnya tentu akan turut
berduka.”
“Tajamkanlah
pedang dan segeralah menyembelih dileherku ini agar lebih mudah dan cepat perjalanan mautnya. Lalu bawalah pulang bajuku dan serahkan kepada ibu agar menjadi
kenangan baginya, serta sampaikan pula salamku kepadanya dengan berkata, ‘Wahai
ibu! Bersabarlah dalam melaksanakan perintah Allah.’ Terakhir, janganlah ayah
mengajak anak-anak lain ke rumah ibu sehingga semakin menambah kesedihannya padaku, dan ketika ayah melihat anak lain yang sebaya denganku, janganlah
dipandang seperti aku sehingga menimbulkan rasa sedih di hati ayah,” sambung
Ismail.
Setelah
mendengar pesan putranya itu, Nabi Ibrahim AS menjawab, “Sebaik-baik
kawan dalam melaksanakan perintah Allah SWT adalah kau, wahai putraku
tercinta!”
Kemudian
Nabi Ibrahim AS meghunus (perbuatan menyembelih) pedangnya sekuat tenaga ke bahagian leher putranya
yang telah diikat tangan dan kakinya, namun beliau tidak mampu menyembelihnya.
Ismail
berkata, “Wahai ayahanda! Lepaskan tali pengikat tangan dan kakiku ini agar aku
tidak dinilai terpaksa dalam menjalankan perintah-Nya. Penggalkan lagi ke leherku
agar para malaikat megetahui bahwa diriku taat kepada Allah SWT dalam menjalan
perintah semata-mata kerana-Nya.”
Nabi
Ibrahim as melepaskan ikatan tangan dan kaki putranya, lalu beliau hadapkan
wajah anaknya ke bumi dan langsung menghunuskan pedangnya ke leher putranya
dengan sekuat tenaganya, namun beliau masih juga tak mampu melakukannya karena
pedangnya selalu tersentak. Tak puas dengan kemampuanya, beliau menghujamkan
pedangnya kearah sebuah batu, dan batu itu pun terbelah menjadi dua. “Hai pedang! Kau dapat membelah batu, tapi mengapa kau tak mampu menembus
daging?”
Dengan
izin Allah SWT, pedang menjawab, “Hai Ibrahim! Kau menghendaki untuk
menyembelih, sedangkan Allah penguasa semesta alam berfirman, ‘jangan
disembelih’. Jika begitu, kenapa aku harus menentang perintah Allah?”
Allah
SWT berfirman, “Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata (bagimu).
Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” (QS. Ash-Shâffât,
[37]: 106)
Menurut satu riwayat, bahwa Ismail diganti dengan seekor
domba kibas yang dahulunya pernah dikorbankan oleh Habil. Malaikat Jibril datang membawa domba kibas itu dan
pada saat itu juga semesta alam beserta seluruh isinya bertakbir (Allâhu
Akbar) mengagungkan kebesaran Allah SWT atas kesabaran kedua umat-Nya dalam
menjalankan perintahnya. Melihat itu, malaikai Jibril terkagum-kagum lantas
mengagungkan asma Allah, “Allâhu Akbar, Allâhu Akbar, Allâhu Akbar”. Nabi
Ibrahim AS menyahut, “Lâ Ilâha Illallâhu wallâhu Akbar”. Ismail mengikutinya,
“Allâhu Akbar wa lillâhil hamd”. Kemudian bacaan-bacaan tersebut dibaca pada
setiap hari raya kurban (Idul Adha).
SELAMAT HARI RAYA IDUL ADHA
No comments:
Post a Comment